Awalnya saya sama sekali tidak
tahu sama sekali tentang Kelas Inspirasi. Tapi ada seorang teman saya yang
aktif di Kelas Inspirasi dan selalu update informasi tentang KI. Lama-kelamaan
saya penasaran dan bertanya kepadanya tentang KI. Saya disarankan untuk melihat
Youtube KI dan mengunjungi website KI. Setelah saya melihat video-video
kegiatan KI, saya merasa tertarik dan kemudian saya mengunjungi website KI.
Saya melihat ada banyak jadwal KI yang dibuka dan saya bingung memilih yang
mana, karena rata-rata ada di Jawa Timur. Ada di Jember juga, tanah air saya.
Tapi posisi saya di Rembang, Jawa Tengah. Setelah saya telusuri, ternyata ada
KI Semarang. Akhirnya saya putuskan untuk memilih KI Semarang, yang berjarak
sekitar 100 KM dari tempat saya bekerja di Rembang.
Jujur, awalnya saya sedikit
merasa tidak antusias karena saya merasa saya sudah biasa mengajar anak-anak,
dan tidak akan ada yang spesial. Namun semua berubah ketika saya mengikuti
briefing KI Semarang di Galeri Indosat Pandanaran. Di sana saya melihat banyak
relawan dari berbagai latar belakang yang sangat antusias untuk berbagi. Lalu
saya sadar, memang selama ini saya sering interaksi dengan anak-anak. Tapi
bukan berbagi mimpi. Akhirnya saya sangat bersemangat untuk mengikuti jejak
demi jejak dalam Kelas Inspirasi. Saya semakin tertantang ketika ditunjuk
menjadi ketua kelompok dengan sebutan Pak Lurah. Dengan berbagai latar belakang
anggota kelompok, saya harus bisa memberikan yang terbaik bagi kelompok saya.
Kami mendapat kesempatan untuk berbagi di SD Islam Al Hikmah.
25 September 2014. Hari
bersejarah bagi saya. Hari pertama bagi saya menginspirasi di Kelas Inspirasi. Saya
berangkat dari Rembang pukul 3 pagi dengan sepeda motor. Saya berharap tidak
terlambat. Sepanjang perjalanan saya merasa berdebar-debar dan sangat
bersemangat karena ini adalah pertama kalinya saya menginspirasi di KI.
Sesampainya di Sekolah, ternyata semua sudah siap. Sambutan dari mereka sangat luar
biasa. Baik guru maupun siswa sangat antusias dengan kedatangan kami. Semua
kegiatan berjalan sangat lancar. Kami sangat bangga dan merasa terharu atas
kegiatan KI ini. Maklum, hampir semua anggota kelompok kami adalah pertama
kalinya mengikuti Kelas Inspirasi. Setelah acara pun kami masih berlama-lama di
sekolah karena sangat berat rasanya untuk meninggalkan mereka semua. Akhirnya
kami pun berpamitan. Tapi kami sepakat akan kembali lagi ke sekolah itu dengan
mencari waktu yang luang untuk menindak lanjuti kegiatan hari ini.
Di jadwal, tiga hari setelah hari
inspirasi adalah waktu untuk Hari Refleksi KI Semarang. Sayangnya saya harus
pulang ke Jember, tanah kelahiran saya, karena ada acara penting di sana. Saya
sangat berat untuk tidak bergabung dengan teman-teman relawan lain. Tapi acara
di Jember memang tidak bisa ditinggalkan. Secara tidak sengaja saya membaca
tweet dari KI Jember bahwa tanggal 29
September adalah hari Inspirasi di Jember. Kemudian saya mencoba bertanya pada panitia KI Jember apakah saya bisa bergabung. Rencana saya saya bergabung bukan menjadi relawan, karena saya sadar saya tidak mengikuti proses dari awal seleksi, hari briefing dan sebagainya. Saya hanya ingin bergabung untuk mengetahui proses di KI Jember.
Tapi ternyata respon panitia
berbeda. Saya dimasukkan menjadi Relawan “ilegal”, sebagai pengajar. Di satu
sisi saya sangat senang karena bisa menjadi pengajar di KI Jember. Di sisi
lain, saya sama sekali tidak mempersiapkan apa-apa karena sangat mendadak dan
saya tidak berencana menjadi pengajar. Namun ini saya anggap sebagai tantangan
dan kesempatan emas. Kapan lagi bisa bergabung di dua Kelas Inspirasi sekaligus
hanya dalam waktu kurang dari seminggu? Saya mendapatkan jatah di SD Pace 5
Kecamatan Silo Jember. Karena saya tidak paham lokasi, maka saya dan semua
anggoata kelompok melakukan survei sekaligus untuk berkenalan dan mempersiapkan
untuk hari inspirasi. Saya sangat heran. Ternyata relawan pengajarnya hanya dua
orang termasuk saya. Sedangkan kami menghandle semua kelas. Dan lagi lagi
secara spontan saya me-lead kelompok kami agar bisa berjalan sukses dengan
kondisi yang ada.
Senin, 29 September 2014. Hari
Inspirasi KI Jember datang. Jarak Sekolah cukup jauh. 1,5 jam dari pusat kota
dan berada di tengah hutan karet, tanpa adanya listrik. Medan yang kami lalui
juga luar biasa. Tapi rasa lelah kami terbayar saat kami sampai dan disambut
dengan upacara bendera yang sangat berkesan. Sangat berbeda dengan upacara yang
biasanya sangat formal. Di sini upacaranya masih sangat sederhana dan banyak
kelucuan yang muncul karena geliat para siswanya. Itu menjadi awal berkesan
bagi kami. Dan kami pun melalui satu demi satu tahap di sana. Setelah selesai
kami pun berpamitan. Kami tak akan bisa melupakan hari itu. Kepolosan dan
kesederhanaan siswanya, keramahan gurunya dan kondisi sekolah nya sangat pantas
untuk dikenang. Kami pun berusaha di lain waktu untuk kembali ke sana.
Refleksi KI Jember dilaksanakan di hari yang
sama dengan hari Inspirasi agar memudahkan relawan yang berdomisili di luar
kota. Dan di situlah saya merasakah mengikuti Refleksi KI setelah melewatkannya
di KI Semar
ang. Saya merasa bangga bisa bergabung dengan Kelas Inspirasi, baik
di Semarang ataupun di Jember. Saya bisa mengikuti Briefing dan Hari Inspirasi
KI Semarang, dan mengikuti Hari Inspirasi dan Refleksi di Jember. Dua kali menginspirasi itu membuat saya semakin sadar diri, bahwa kita jauh lebih beruntung dari mereka. Saya berencana untuk membuka Kelas Inspirasi di Rembang dengan saya sebagai perintisnya. Semoga bisa terlaksana.
Dua kali menginspirasi di dua
kota di Kota Tengah-tengah Pulau Jawa dan di Ujung Timur Pulau Jawa, hanya
dalam waktu lima hari. Sangat luar biasa bagi diri saya. Kesempatan emas untuk
bisa bertemu dan berbagi dengan mereka. Semoga saya dapat semakin banyak
menginspirasi dan mendapatkan inspirasi dari Kelas Inspirasi selanjutnya. Kita
memang menginspirasi mereka, tapi justru kita yang terinspirasi, bisa
berintrospeksi dan berefleksi untuk diri kita sendiri. Mungkin kontribusi kita
di KI memang tidak banyak karena hanya sehari kita berbagi dengan mereka, tapi
saya yakin hal kecil itu bisa merubah masa depan mereka.
“Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi atau
terlalu muluk, hanya bagaimana kita memantaskan diri kita untuk meraihnya.”
Bastomy Ali Burhan
Rembang, 11 Oktober 2014