Rabu, 15 Oktober 2014

Dua Kali Menginspirasi dalam Lima Hari (Cerita dari Kelas Inspirasi Semarang hingga Kelas Inspirasi Jember)


Awalnya saya sama sekali tidak tahu sama sekali tentang Kelas Inspirasi. Tapi ada seorang teman saya yang aktif di Kelas Inspirasi dan selalu update informasi tentang KI. Lama-kelamaan saya penasaran dan bertanya kepadanya tentang KI. Saya disarankan untuk melihat Youtube KI dan mengunjungi website KI. Setelah saya melihat video-video kegiatan KI, saya merasa tertarik dan kemudian saya mengunjungi website KI. Saya melihat ada banyak jadwal KI yang dibuka dan saya bingung memilih yang mana, karena rata-rata ada di Jawa Timur. Ada di Jember juga, tanah air saya. Tapi posisi saya di Rembang, Jawa Tengah. Setelah saya telusuri, ternyata ada KI Semarang. Akhirnya saya putuskan untuk memilih KI Semarang, yang berjarak sekitar 100 KM dari tempat saya bekerja di Rembang.
Jujur, awalnya saya sedikit merasa tidak antusias karena saya merasa saya sudah biasa mengajar anak-anak, dan tidak akan ada yang spesial. Namun semua berubah ketika saya mengikuti briefing KI Semarang di Galeri Indosat Pandanaran. Di sana saya melihat banyak relawan dari berbagai latar belakang yang sangat antusias untuk berbagi. Lalu saya sadar, memang selama ini saya sering interaksi dengan anak-anak. Tapi bukan berbagi mimpi. Akhirnya saya sangat bersemangat untuk mengikuti jejak demi jejak dalam Kelas Inspirasi. Saya semakin tertantang ketika ditunjuk menjadi ketua kelompok dengan sebutan Pak Lurah. Dengan berbagai latar belakang anggota kelompok, saya harus bisa memberikan yang terbaik bagi kelompok saya. Kami mendapat kesempatan untuk berbagi di SD Islam Al Hikmah.


25 September 2014. Hari bersejarah bagi saya. Hari pertama bagi saya menginspirasi di Kelas Inspirasi. Saya berangkat dari Rembang pukul 3 pagi dengan sepeda motor. Saya berharap tidak terlambat. Sepanjang perjalanan saya merasa berdebar-debar dan sangat bersemangat karena ini adalah pertama kalinya saya menginspirasi di KI. Sesampainya di Sekolah, ternyata semua sudah siap. Sambutan dari mereka sangat luar biasa. Baik guru maupun siswa sangat antusias dengan kedatangan kami. Semua kegiatan berjalan sangat lancar. Kami sangat bangga dan merasa terharu atas kegiatan KI ini. Maklum, hampir semua anggota kelompok kami adalah pertama kalinya mengikuti Kelas Inspirasi. Setelah acara pun kami masih berlama-lama di sekolah karena sangat berat rasanya untuk meninggalkan mereka semua. Akhirnya kami pun berpamitan. Tapi kami sepakat akan kembali lagi ke sekolah itu dengan mencari waktu yang luang untuk menindak lanjuti kegiatan hari ini.
Di jadwal, tiga hari setelah hari inspirasi adalah waktu untuk Hari Refleksi KI Semarang. Sayangnya saya harus pulang ke Jember, tanah kelahiran saya, karena ada acara penting di sana. Saya sangat berat untuk tidak bergabung dengan teman-teman relawan lain. Tapi acara di Jember memang tidak bisa ditinggalkan. Secara tidak sengaja saya membaca tweet dari KI Jember bahwa tanggal 29

September adalah hari Inspirasi di Jember. Kemudian saya mencoba bertanya pada panitia KI Jember apakah saya bisa bergabung. Rencana saya saya bergabung bukan menjadi relawan, karena saya sadar saya tidak mengikuti proses dari awal seleksi, hari briefing dan sebagainya. Saya hanya ingin bergabung untuk mengetahui proses di KI Jember.
Tapi ternyata respon panitia berbeda. Saya dimasukkan menjadi Relawan “ilegal”, sebagai pengajar. Di satu sisi saya sangat senang karena bisa menjadi pengajar di KI Jember. Di sisi lain, saya sama sekali tidak mempersiapkan apa-apa karena sangat mendadak dan saya tidak berencana menjadi pengajar. Namun ini saya anggap sebagai tantangan dan kesempatan emas. Kapan lagi bisa bergabung di dua Kelas Inspirasi sekaligus hanya dalam waktu kurang dari seminggu? Saya mendapatkan jatah di SD Pace 5 Kecamatan Silo Jember. Karena saya tidak paham lokasi, maka saya dan semua anggoata kelompok melakukan survei sekaligus untuk berkenalan dan mempersiapkan untuk hari inspirasi. Saya sangat heran. Ternyata relawan pengajarnya hanya dua orang termasuk saya. Sedangkan kami menghandle semua kelas. Dan lagi lagi secara spontan saya me-lead kelompok kami agar bisa berjalan sukses dengan kondisi yang ada.
Senin, 29 September 2014. Hari Inspirasi KI Jember datang. Jarak Sekolah cukup jauh. 1,5 jam dari pusat kota dan berada di tengah hutan karet, tanpa adanya listrik. Medan yang kami lalui juga luar biasa. Tapi rasa lelah kami terbayar saat kami sampai dan disambut dengan upacara bendera yang sangat berkesan. Sangat berbeda dengan upacara yang biasanya sangat formal. Di sini upacaranya masih sangat sederhana dan banyak kelucuan yang muncul karena geliat para siswanya. Itu menjadi awal berkesan bagi kami. Dan kami pun melalui satu demi satu tahap di sana. Setelah selesai kami pun berpamitan. Kami tak akan bisa melupakan hari itu. Kepolosan dan kesederhanaan siswanya, keramahan gurunya dan kondisi sekolah nya sangat pantas untuk dikenang. Kami pun berusaha di lain waktu untuk kembali ke sana.
 Refleksi KI Jember dilaksanakan di hari yang sama dengan hari Inspirasi agar memudahkan relawan yang berdomisili di luar kota. Dan di situlah saya merasakah mengikuti Refleksi KI setelah melewatkannya di KI Semar
ang. Saya merasa bangga bisa bergabung dengan Kelas Inspirasi, baik di Semarang ataupun di Jember. Saya bisa mengikuti Briefing dan Hari Inspirasi KI Semarang, dan mengikuti Hari
Inspirasi dan Refleksi di Jember. Dua kali menginspirasi itu membuat saya semakin sadar diri, bahwa kita jauh lebih beruntung dari mereka. Saya berencana untuk membuka Kelas Inspirasi di Rembang dengan saya sebagai perintisnya. Semoga bisa terlaksana.
Dua kali menginspirasi di dua kota di Kota Tengah-tengah Pulau Jawa dan di Ujung Timur Pulau Jawa, hanya dalam waktu lima hari. Sangat luar biasa bagi diri saya. Kesempatan emas untuk bisa bertemu dan berbagi dengan mereka. Semoga saya dapat semakin banyak menginspirasi dan mendapatkan inspirasi dari Kelas Inspirasi selanjutnya. Kita memang menginspirasi mereka, tapi justru kita yang terinspirasi, bisa berintrospeksi dan berefleksi untuk diri kita sendiri. Mungkin kontribusi kita di KI memang tidak banyak karena hanya sehari kita berbagi dengan mereka, tapi saya yakin hal kecil itu bisa merubah masa depan mereka.

 “Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi atau terlalu muluk, hanya bagaimana kita memantaskan diri kita untuk meraihnya.”
Bastomy Ali Burhan

Rembang, 11 Oktober 2014