Kamis, 19 Juni 2014

Ekspansi Semen di Rembang, Pro Kontra yang Semakin Meruncing.


Semen Gresik telah lama menjadi sebuah Brand semen yang terkenal di Indonesia, bahkan sekarang di Asia Tenggara. Pada awalnya nama Gresik digunakan karena tambang utamanya ada di Wilayah Gresik dan sekitarnya. Tapi ternyata penggunaan nama Gresik sekarang hanya menjadi merek saja. Kebetulan saya mendapat informasi dari teman saya di kampus yang merupakan anak dari karyawan PT Semen Gresik dan dia berasal dari kota Gresik pula. Dia mengatakan bahwa sekarang pabriknya pindah soalnya kapur di Gresik sudah habis. Di Gresik hanya tersisa kantornya dan ayahnya sedang dalam proses pindah kantor ke Tuban. Saya bertanya,”Loh, berarti namanya ganti dong, jadi Semen Tuban”. Ternyata tidak. Hanya tambangnya dan pabrik barunya yang pindah, nama dan segala yang berhubungan dengan administrasinya tetap.

Beberapa tahun kemudian saya berada di Rembang untuk merantau pertama kali seumur hidup saya. Dan di sini topik bahasan yang menarik ternyata adalah soal ekspansi semen Gresik. Di beberapa wilayah Kabupaten Rembang ternyata sangat potensial akan kandungan kapurnya, utamanya di daerah selatan Rembang, tepatnya di Pegunungan Kapur Kendeng. Potensi yang dimiliki pegunungan kenceng ini disinyalir lebih besar daripada yang ada di Tuban. Itulah mengapa Semen Gresik sangat tertarik untuk mengeksploitasi potensi tersebut. 

Pada awalnya Pro-Kontra masih berupa demonstrasi dan aksi di jalan. Ternyata lama-kelamaan Pro-Kontra semakin meruncing. Dan saat ini semakin memanas setelah adanya peletakan batu pertama pendirian tambang Semen Gresik di sekitar Desa Mantingan Kecamatan Bulu dan Desa Kajar Kecamatan Gunem. Puluhan bahkan ratusan warga yang sebagian besar adalah perempuan menduduki lahan yang akan dijadikan tambang kapur bahan baku semen. Aparat pun berjaga-jaga dari pihak Polri hingga TNI turun tangan. Aksi tersebut merupakan puncak dari rangkaian aksi-aksi sebelumnya. Peserta aksi merupakan warga dari daerah ring 1 tambang semen itu. Mereka memprotes adanya tambang semen karena akan berdampak buruk bagi warga sekitar.
Namun sepertinya usaha mereka belum membuahkan hasil. Buktinya pemerintah Kabupaten Rembang tetap melanjutkan pembukaan tambang semen tersebut dengan melakukan tasyakuran peletakan batu pertama. Entah akan membuahkan hasil ataupun tidak, kita lihat saja.
Sebenarnya Pro-Kontra Ekspansi Semen Gresik ini bukan hanya di Rembang. Dan ada dua contoh yang berbeda dari dua wilayah tentang Ekspansi Semen Gresik ini. 
Pertama Tuban. Disini menjadi contoh Ekspansi Semen Gresik yang berhasil. Tuban kini menjadi kota Industri semen yang sangat besar. Pabrik-pabrik besar didirikan disana untuk bisa mengeksploitasi kapur disana. Pelabuhan-pelabuhan tempat bersandar kapal pengangkut semen hasil produksi juga didirikan. Memang, ternyata daerah penghasil kapur bahan baku semen sasaran ekspansi Semen Gresik adalah daerah yang memiliki akses transportasi laut yang mudah karena sarana distribusi utama mereka adalah kapal laut. Ambil contoh Gresik, Tuban, Rembang dan contoh saya selanjutnya nanti, Pati. Kembali ke Tuban. Ternyata dulunya sebelum berhasil "menduduki" Tuban, juga muncul Pro-Kontra di dalam oenerimaan kehadiran Semen Gresik itu. Tapi berhubung saya tidak memiliki referensi yang memadai maka saya tidak bisa menjelaskan bentuk-bentuknya. Akhirnya pun pabrik dan tambang semen Gresik pun berdiri. Efeknya? Sepertinya Kabupaten Tuban menjadi semakin maju karena terbantu adanya Semen Gresik. Pembangunan infrastruktur, pembangunan ekonomi serta kesejahteraan warga sepertinya mulai berubah ke arah lebih baik. Entah sumber ini valid atau tidak karena ini berdasarkan pemantauan dan pengetahuan saya semata. Informasi ini saya dapat dari kawan yang asli dari Tuban. Namun ternyata memang setiap hal positif ada negatifnya. Selalu akan seperti itu. Dampak negatif itu dirasakan oleh warga sekitar yang tidak mendapat dampak akan peningkatan kesejahteraan. Malah mendapat dampak kekurangan air dan debu yang selalu mengganggu. Tapi katanya sih sudah ditangani dengan adanya CSR (Corporate Social Responsibility) dari Semen Gresik. Semoga saja.
Selanjutnya contoh kedua. Kabupaten Pati. 
Kota Mina Tani yang terkenal dengan kota Kacang karena dua Pabrik Raksasa kacang ada di kota ini. Disini ekspansi Semen Gresik mengalami kegagalan. Tidak terjadi kesepakatan dengan pemerintah Kabupaten Pati dengan Semen Gresik. Memang aksi yang dilakukan di Pati sangat sporadis dan kuat. Berbagai bentuk penolakan dilakukan, mulai dari poster hingga membuat film dokumenter. Dan menurut pengamatan saya, Pemerintah Pati berhasil diadvokasi untuk menolak kehadiran tambang semen. Keberhasilan ekspansi di Tuban dan kegagalan di Pati inilah yang menjadi tanda tanya besar di benak saya. Apakah bedanya Tuban, Rembang dan Pati?
Secara geografis dan sosio kultural, perbedaan ketiganya sangatlah tipis. Ketiganya bertetangga dekat. Sama-sama wilayah Pantai Utara Jawa. Masyarakatnya pun tidak berbeda. Dan jawabannya mungkin adalah Pemerintahnya. Ya, kunci dari semuanya ada di tangan penguasa masing-masing. Saya disini bukan memojokkan pemerintah manapun. Karena saya yakin tiap pemerintah punya pertimbangan masing-masing untuk menerima atau menolak sesuatu hal yang baru. Termasuk ekspansi Semen Gresik ini.
Terlepas dari itu semua, sekali lagi setiap hal ada manfaat dan mudhorotnya. Ada kurang lebihnya. Ada dampak negatif dan positifnya. Pihak yang pro dengan kehadiran semen Gresik akan kukuh berargumen bahwa dampak positif adanya semen lebih banyak. Dan sebaliknya, pihak yang kontra akan selalu menyatakan jauh lebih besar dampak negatifnya. Tergantung perspektif mana yang kita lihat.
Yang jelas walaupun saya bukan warga Rembang, saya sudah hampir dua tahun disini, dan merasakan apa yang dirasakan warga yang menolak disana. Rasa itu pula yang memicu munculnya aksi dukungan dari berbagai daerah, mulai dari Mahasiswa di Semarang, di Purwokerto dan bahkan dari seluruh penjuru Indonesia. Semoga segera ada penyelesaian persoalan Pro-Kontra Semen Gresik ini dengan Win-win Solution.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar