Kamis, 25 Juli 2013

Kemakmuran = Kegemukan ???

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Dulu semasa kuliah, jika tidak keliru di semester 4, ada mata kuliah Dasar Gizi. Disitu ada kesempatan untuk melakukan presantasi tentang gizi, apa saja di depan kelas. Seperti biasa walaupun tugas kelompok, tetap yang cari ide, yang ngerjakan, yang membuat presentasi, sekaligus yang presentasi ya seorang saja. Saya, one stop service. Tak apalah, lha wong yang dapat ilmu ya saya sendiri, dan manfaatnya saya dapat sendiri. Buktinya gara-gara itu sampai sekarang saya masih ingat betul isi presentasinya.
 
Saya mendapat ide untuk mengangkat tentang "Pernikahan meningkatkan Resiko Obesitas". Menarik sekali menurut saya. Tanpa pikir panjang saya pakai tema ini. Walhasil besoknya saya pun presentasi di depan kelas. Setelah menjelaskan panjang lebar, saya lega dan waktunya sesi tanya jawab. Dan lagi-lagi one stop service berperan lagi. Saya juga lah yang menjawab semua pertanyaan dengan baik, kalau memang bisa dibilang baik. Dan di akhir, pertanyaan muncul dari sang dosen. Saya baru teringat bahwa beliau merupakan pengantin baru. Yang belum lama melangsungkan pernikahan. Dan tema saya disini adalah tentang pernikahan dan obesitas. Waduh, mati aku.

Benar saja. Dosen tersebut menginterogasi saya tentang dasar saya mengangkat ini. Dan apakah ini sudah memiliki penelitian yang kuat. Yah, berhubung beliau jauh lebih expert di bidang gizi, sedangkan saya hanyalah mahasiswa sok tahu yang pinternya juga gara-gara internet, akhirnya jawaban saya karang-karang semaunya.

"Penelitian ini dilakukan di USA bu. Jadi mungkin belum bisa digeneralisasi di Indonesia. Untuk penelitian disana sudah kuat bua. Dari Universitas terkenal disana. Dan hasilnya menunjukkan faktor penyebabnya adalah seringnya waktu bersama untuk makan maupun memakan camilan. Itu disana. "Di Indonesia menurutmu bagaimana?? Emm..Kalo disini mungkin karena adanya ketenangan hati bu. Kalo sudah menikah kan merasa ada yang melindungi. Hati lebih tenang dan tentram. Pikiran tidak terlalu membebani karena dibagi berdua. Dengan beban yang berkurang maka tingkat stress juga berkurang. Itu yang membuat rasa "ayem" sehingga terjadi peningkatan berat badan." Jawaban yang kata orang jawa, "Digatuk2no mathuk. Dosen saya hanya bisa manggut-manggut sambil tersenyum. Entah setuju, entah merasa tersindir atau entah beliau merasakan sendiri apa yang saya katakan. 

Lalu apa hubungan cerita itu dengan judul diatas tadi???
Tadi adalah ilustrasi bagaimana sebuah kemakmuran bisa menjadi sebuah penyebab meningkatnya berat badan. Kemakmuran disini dalam arti luas, bukan hanya soal materi, namun bisa juga makmur hati dan pikiran. Tapi memang yang lebih utama adalah makmur dalam materi. Banyak kita melihat teman-teman kita atau saudara kita yang dulunya kurus kering, saat setelah menikah dan bekerja serta berkeluarga tubuhnya menjadi membengkak. Ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan. Semuanya sama.
Jika mau diteliti secara komprehensif dan kompeten, mungkin masih ada hubungannya dengan pengaruh hormonal tubuh kita sehingga terjadi kenaikan berat badan. Tapi di sisi lain, faktor non medis juga berperan. Seperti dalam cerita saya dengan dosen tadi, ketenangan hati, sedikitnya beban, maupun kekuatan lainnya juga turut berperan.


Lalu bagaimana jika teori ini tidak berlaku??
Mungkin kita juga tahu ada beberapa yang tidak mengalaminya. Menikahpun, makmur seperti apapun, tetap saja badannya seperti itu. Kita ambil saja contoh Pak Jokowi. Beliau secara materi sudah makmur. Keluarga juga tidak ada masalah. Tapi badan beliau seperti itu saja. Kurus. Tentu kasusnya berbeda. Dan teori ini bisa dibilang tak terjelaskan.


Sebenarnya ada lagi, yaitu tentang olahraga. Sebuah kata yang mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Akhirnya, maksud saya membahas hal ini bukan untuk apa-apa. Hanya sebenarnya hanya introspeksi diri. Ya, yang saya alami seperti yang saya jelaskan diatas. Mungkin ada beberapa teman-teman mengalaminya juga.
Apapun, semuanya harus lah disyukuri. Gemuk, kurus, sebenarnya sama saja. Yang penting sehat. Tapi terlalu gemuk dan terlalu kurus juga tidak baik, karena kita tahu, semua yang berlebihan itu tidaklah baik.
Alangkah lebih baik jika kemakmuran berbanding lurus dengan kesehatan. 
KEMAKMURAN = KESEHATAN.

 

1 komentar: