Senin, 13 April 2015

Katanya Sih Bikin Tentang Kesuksesan (Esai LPDP yang Gagal)



Saya masuk kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember sebagai mahasiswa yang sangat sederhana, yang berangkat kuliah dengan naik sepeda kayuh. Saya awalnya tidak terfikir untuk mengikuti kegiatan organisasi manapun di kampus karena saya sudah bisa kuliah saya sudah bersyukur karena orang tua saya berjuang keras untuk itu. Saya hanya ingin fokus kuliah dan belajar saja. Tapi ternyata semua berubah saat saya ditunjuk menjadi Komandan Tingkatan atau ketua angkatan. Dari situ saya menjadi aktif di banyak kegiatan karena sebagai komting selalu menjadi wakil angkatan.
Puncak kesibukan saya terjadi pada saat saya menginjak semester 5. Pada saat itu saya menjabat sebagai Presiden BEM FKM Universitas Jember, menjadi Kepala Divisi Kaderisasi ISMKMI, melaksanakan penelitian dana hibah skripsi dari Indofood Riset Nugraha, mengikuti ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas Jember, perkuliahan di peminatan Epidemiologi yang semakin gencar turun ke lapangan, tugas mata kuliah untuk membuat film dan performance, dan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan yang sudah dimulai.
Semua kesibukan itu saya rasakan dan pikul sendiri dalam waktu yang bersamaan. Yang semakin membuat saya berada dalam tekanan adalah semua tugas saya itu menuntut kesempurnaan dari saya, tanpa memperdulikan bahwa saya memiliki tanggung jawab lain dalam waktu bersamaan. Setelah sempat berada di titik terbawah dan merasa sangat jatuh dengan kondisi saya, saya akhirnya bangkit. Saya sadar bahwa semua itu adalah tanggung jawab dan amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Semua hal itu saya emban karena saya dipercaya dan dirasa memiliki kemampuan. Tidak semua orang mendapatkan kepercayaan ini. Dari sinilah saya akhirnya mampu memberikan yang terbaik dari diri saya untuk semua tanggung jawab itu.
Menurut saya, itu merupakan sebuah kesuksesan yang luar biasa pada saat saya di bangku kuliah. Saya menjadi mendapatkan banyak hal dari sana. Manajemen waktu, pikiran dan hati menjadi hal mutlak. Selain itu banyak tantangan baru yang saya hadapi selama melaksanakan semua tanggung jawab saya. Berkat hal itu pula saya bisa dipercaya untuk menjadi pemateri di berbagai kegiatan untuk berbagi tentang pengalaman yang pernah saya alami selama kuliah. Nama saya pun masih menjadi pembicaraan di kampus hingga saat ini walaupun sudah hampir 3 tahun saya meninggalkan kampus. Itu sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya.
Kesuksesan saya selanjutnya adalah sekarang saya sudah mampu menjadi lebih mandiri. Saya sedari kecil dilahirkan dari keluarga biasa dan sederhana. Saya jauh dari kata mandiri dan sangat bergantung kepada orang tua. Sampai pada bulan Juli 2013, ayah saya meninggal dunia. Sedangkan adik saya ada dua, yang satu di bangku kuliah yang satu SMA. Ibu saya penghasilannya sangat kecil, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Akhirnya sayalah yang harus menghidupi keluarga dan menyekolahkan adik saya. Sejak saat itu saya berusaha mandiri dan fokus bekerja untuk memenuhi tanggung jawab saya menggantikan ayah saya. Saya pun juga membuka usaha kecil-kecilan di dunia maya untuk menambah penghasilan. Segala upaya saya lakukan demi bisa membuat adik-adik saya tetap bersekolah. Dan saya bersyukur bisa melewatinya sampai sekarang. Saya mengambil hikmah besar dibalik musibah meninggalnya ayah saya. Saya menjadi jauh lebih dewasa dan bertanggung jawab sebagai kepala keluarga. Saya juga lebih mandiri dan dapat mengatur diri sendiri dengan baik. Perubahan itulah yang menurut saya adalah sebuah kesuksesan.
Kesuksesan pertama saya di bangku kuliah tidak lepas dari dukungan dan doa orang tua saya yang selalu mendukung saya. Doa mereka membuat saya kuat dan mampu bertahan untuk melaksanakan semua amanah. Hal besar yang saya dapatkan dari situ adalah sebuah Soft Skill. Kesuksesan saya yang kedua adalah hasil dari soft skill yang telah saya asah itu. Saya mampu bertahan di dunia kerja, mampu menjadi lebih mandiri dan dewasa juga karena saya mengerahkan segala kemampuan saya, termasuk soft skill yang saya miliki. Selain itu doa ibu saya juga bersinergi dengan usaha saya sehingga dapat menjadi sebuah anugerah besar bagi saya hingga hari ini.
Ayah saya sangat ingin melihat saya menjadi dosen dan memberikan manfaat bagi orang lain di bidang saya, yaitu kesehatan. Walaupun saat ini beliau tidak mampu menyaksikan secara langsung, saya yakin jika saya mampu menjadi dosen, beliau akan bangga di alam sana. Dengan menjadi dosen saya akan berusaha selalu memberikan kontribusi dan manfaat bagi masyarakat sekitar khususnya, dan bagi Indonesia pada umumnya. Itu adalah kesuksesan terbesar dalam hidup saya.

1 komentar:

  1. Setiap pengalaman ibaratkan sebagai tabungan. Tabungan langkah demi langkah, untuk meraih mimpi. Semoga sukses!

    BalasHapus