Saya masuk
kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember sebagai mahasiswa
yang sangat sederhana, yang berangkat kuliah dengan naik sepeda kayuh. Saya
awalnya tidak terfikir untuk mengikuti kegiatan organisasi manapun di kampus
karena saya sudah bisa kuliah saya sudah bersyukur karena orang tua saya
berjuang keras untuk itu. Saya hanya ingin fokus kuliah dan belajar saja. Tapi
ternyata semua berubah saat saya ditunjuk menjadi Komandan Tingkatan atau ketua
angkatan. Dari situ saya menjadi aktif di banyak kegiatan karena sebagai
komting selalu menjadi wakil angkatan.
Puncak kesibukan
saya terjadi pada saat saya menginjak semester 5. Pada saat itu saya menjabat
sebagai Presiden BEM FKM Universitas Jember, menjadi Kepala Divisi Kaderisasi
ISMKMI, melaksanakan penelitian dana hibah skripsi dari Indofood Riset Nugraha,
mengikuti ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas Jember, perkuliahan
di peminatan Epidemiologi yang semakin gencar turun ke lapangan, tugas mata
kuliah untuk membuat film dan performance, dan kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan yang sudah dimulai.
Semua kesibukan
itu saya rasakan dan pikul sendiri dalam waktu yang bersamaan. Yang semakin
membuat saya berada dalam tekanan adalah semua tugas saya itu menuntut
kesempurnaan dari saya, tanpa memperdulikan bahwa saya memiliki tanggung jawab
lain dalam waktu bersamaan. Setelah sempat berada di titik terbawah dan merasa
sangat jatuh dengan kondisi saya, saya akhirnya bangkit. Saya sadar bahwa semua
itu adalah tanggung jawab dan amanah yang harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Semua hal itu saya emban karena saya dipercaya dan dirasa
memiliki kemampuan. Tidak semua orang mendapatkan kepercayaan ini. Dari sinilah
saya akhirnya mampu memberikan yang terbaik dari diri saya untuk semua tanggung
jawab itu.
Menurut saya,
itu merupakan sebuah kesuksesan yang luar biasa pada saat saya di bangku
kuliah. Saya menjadi mendapatkan banyak hal dari sana. Manajemen waktu, pikiran
dan hati menjadi hal mutlak. Selain itu banyak tantangan baru yang saya hadapi
selama melaksanakan semua tanggung jawab saya. Berkat hal itu pula saya bisa
dipercaya untuk menjadi pemateri di berbagai kegiatan untuk berbagi tentang
pengalaman yang pernah saya alami selama kuliah. Nama saya pun masih menjadi
pembicaraan di kampus hingga saat ini walaupun sudah hampir 3 tahun saya
meninggalkan kampus. Itu sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya.
Kesuksesan saya
selanjutnya adalah sekarang saya sudah mampu menjadi lebih mandiri. Saya sedari
kecil dilahirkan dari keluarga biasa dan sederhana. Saya jauh dari kata mandiri
dan sangat bergantung kepada orang tua. Sampai pada bulan Juli 2013, ayah saya
meninggal dunia. Sedangkan adik saya ada dua, yang satu di bangku kuliah yang
satu SMA. Ibu saya penghasilannya sangat kecil, hanya cukup untuk makan
sehari-hari. Akhirnya sayalah yang harus menghidupi keluarga dan menyekolahkan
adik saya. Sejak saat itu saya berusaha mandiri dan fokus bekerja untuk
memenuhi tanggung jawab saya menggantikan ayah saya. Saya pun juga membuka
usaha kecil-kecilan di dunia maya untuk menambah penghasilan. Segala upaya saya
lakukan demi bisa membuat adik-adik saya tetap bersekolah. Dan saya bersyukur
bisa melewatinya sampai sekarang. Saya mengambil hikmah besar dibalik musibah
meninggalnya ayah saya. Saya menjadi jauh lebih dewasa dan bertanggung jawab
sebagai kepala keluarga. Saya juga lebih mandiri dan dapat mengatur diri sendiri
dengan baik. Perubahan itulah yang menurut saya adalah sebuah kesuksesan.
Kesuksesan
pertama saya di bangku kuliah tidak lepas dari dukungan dan doa orang tua saya
yang selalu mendukung saya. Doa mereka membuat saya kuat dan mampu bertahan
untuk melaksanakan semua amanah. Hal besar yang saya dapatkan dari situ adalah
sebuah Soft Skill. Kesuksesan saya yang kedua adalah hasil dari soft skill yang
telah saya asah itu. Saya mampu bertahan di dunia kerja, mampu menjadi lebih
mandiri dan dewasa juga karena saya mengerahkan segala kemampuan saya, termasuk
soft skill yang saya miliki. Selain itu doa ibu saya juga bersinergi dengan
usaha saya sehingga dapat menjadi sebuah anugerah besar bagi saya hingga hari
ini.
Ayah saya sangat
ingin melihat saya menjadi dosen dan memberikan manfaat bagi orang lain di
bidang saya, yaitu kesehatan. Walaupun saat ini beliau tidak mampu menyaksikan
secara langsung, saya yakin jika saya mampu menjadi dosen, beliau akan bangga
di alam sana. Dengan menjadi dosen saya akan berusaha selalu memberikan
kontribusi dan manfaat bagi masyarakat sekitar khususnya, dan bagi Indonesia
pada umumnya. Itu adalah kesuksesan terbesar dalam hidup saya.
Setiap pengalaman ibaratkan sebagai tabungan. Tabungan langkah demi langkah, untuk meraih mimpi. Semoga sukses!
BalasHapus