Selasa, 21 April 2015

Malas itu Kreatif

Segala sesuatu di dunia ini pasti ada sisi positif dan negatifnya. Itu kata kebanyakan orang. Pernyataan tersebut memang benar. Tidak ada sesuatu yang hanya memiliki salah satu sisi saja. Termasuk dengan sifat manusia. Salah satu sifat manusia yang masuk ke dalam kategori sifat buruk adalah malas. Malas adalah sifat yang selama ini sudah ada dan menjadi sifat yang menjadi penghambat seseorang dalam berkarya dan berprestasi. Tapi ternyata dari sifat malas ini sisi positif juga bisa muncul.
Sebuah penelitian di luar negeri menyebutkan rasa malas pada seseorang akan memicu orang tersebut untuk berpikir lebih kreatif dari orang lain. Entah bisa dipercaya atau tidak penelitian tersebut. Tapi saya juga pernah membaca bahwa ada sebuah perusahaan besar di dunia yang mencari orang malas untuk posisi tertentu, bahkan posisi tersebut adalah pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Mengapa seperti itu? Bagaimana penjelasannya? Saya akan mencoba menjelaskan karena kebetulan saya adalah seorang pemalas ulung. Jadi saya bisa membagi apa sebenarnya dirasakan oleh seorang pemalas seperti saya ini sebagai pembuktian penelitian di atas. 
Sebagai seorang pemalas, saya selalu merasa berat untuk melakukan apapun. Saya hanya ingin bermalas-malasan dan melakukan sesuatu yang saya inginkan saja. Itu adalah kodrat dan sifat dasar pemalas. Oleh karena itu, dalam segala hal saya selalu mencari cara termudah dan tercepat bagi saya untuk melakukannya. Bila memang terpaksa harus melakukan sesuatu, maka harus se-efektif dan se-efisien mungkin. Bisa dibilang seorang pemalas adalah orang yang sangat pelit dengan tenaga. 
Contoh kecil saat saya keluar untuk mencari makan, maka saya akan memikirkan dengan rinci tempat makan yang saya tuju, rute yang saya tuju kesana, keperluan saya apa lagi sekalian saya keluar, dan seberapa lama saya keluar. Sampai sedetil itu, karena saya tidak ingin sia-sia mengeluarkan tenaga untuk keluar mencari makan saja. 
Itu adalah contoh kecil saja. Jika dihubungkan dengan kreatifitas maka berbanding lurus. Jika dia seorang pemalas yang dihadapkan dengan sebuah permasalahan yang mau tidak mau harus dia selesaikan, maka dia akan mengerahan segala kemampuan berpikirnya untuk sesegera mungkin menyelesaikan, dengan cara tercepat, termudah dan terefektif dan efisien, namun juga tetap dengan tingkat keberhasilan tinggi. Mengapa dia melakukan hal demikian? Simpel saja. Jika persoalan itu terselesaikan maka dia akan bisa kembali bermalas-malasan seperti biasanya.
Begitu pula saat bekerja. Seorang pemalas pun, pasti butuh pekerjaan. Dan tanggung jawab pekerjaan itu adalah hal yang mau tidak mau harus dia kerjakan jika dia masih ingin mendapatkan haknya, yaitu gaji. Ini yang membuat dia akan tetap bekerja walaupun sebenarnya malas. Nah inilah yang kadang unik. Jika dibandingkan antara pekerja yang rajin dan pemalas di posisi sama, maka terlihat perbedaan signifikan. Pekerja rajin maka akan melakukan pekerjaannya dengan rutin, sesuai dengan pola yang ada dan biasa. Tapi pemalas akan melakukan pekerjaan diluar kebiasaan, dengan caranya sendiri yang tidak biasa dan terkadang unik. Ini pula yang menjelaskan kenapa perusahaan besar merekrut orang malas untuk posisi yang sulit di sana. Orang malas akan  berpikir diluar kotak dan anti-mainstream, dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan kreatifitasnya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sesulit apapun pekerjaan itu, dia akan berusaha menyelesaikannya agar dapat denga segera bersantai dan bermalas-malasan lagi.
Mungkin tulisan saya ini agak tidak masuk di akal karena memang bagaimanapun juga sifat malas adalah sifat buruk yang harus dihilangkan.  Memang ini bisa dibilang adalah sebuah kasus kecil, karena tidak semua pemalas itu kreatif. Bahkan mungkin sangat jarang yang seperti ini. Tapi saya mencoba melihat sisi lainnya, yang selama ini mungkin kita tidak menyadarinya.
Bisa jadi ini adalah pembenaran atas sifat yang saya miliki. Bisa jadi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar