Senin, 13 April 2015

Setitik Peran yang Sudah Saya Beri (Esai LPDP yang Gagal)



Sejak kecil, saat ditanya oleh orang-orang tentang cita-cita, selalu saya jawab dengan lantang dan mantab, DOKTER! Entah cita-cita itu didasarkan karena profesi itu sangat keren bagi saya waktu itu atau saya benar-benar ingin membantu orang lain yang sedang sakit. Alasan sederhana untuk seorang anak kecil yang masih lugu. Cita-cita saya tersebut coba saya jaga hingga bangku sekolah. Namun keinginan itu mulai memudar dan benar-benar hilang saat saya SMA. Saat itu saya menyadari bahwa menjadi dokter tidak mudah, utamanya dalam hal biaya. Orang tua saya pun menyatakan ketidakmampuannya jika saya ingin melanjutkan kuliah di Kedokteran. Akhirnya saya memilih masuk ke Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Pilihan saya inipun sebenarnya bukan pilihan saya sendiri, tapi pilihan orang tua saya. Saya sama sekali tidak tahu tentang jurusan ini. Namun dengan niat saya mengikuti saran orang tua dan saya yakin doa orang tua akan menjadi kunci keberhasilan saya. Akhirnya saya diterima di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Dari situ saya mulai mencintai Kesehatan Masyarakat. Saya sangat merasakan bagaimana bidang keilmuan ini menyentuh sekali dengan masyarakat dan dapat memberikan kontribusi konkret bagi masyarakat. Secara akademik, saya diwajibkan selalu turun ke masyarakat untuk mempu melihat kondisi riil kesehatan mereka. Mulai dari tugas kuliah biasa, pembuatan makalah kelompok hingga tugas Pengalaman Belajar Lapangan yang sangat bersentuhan dengan masyarakat. Yang paling terasa adalah Pengalaman Belajar Lapangan, dimana saya diharuskan berada di sebuah desa yang terpilih bersama sebuah kelompok untuk menjalankan beberapa program dan mengaplikasikan keilmuan saya disana.
Dari PBL ini saya bisa sedikit memberikan kontribusi kepada masyarakat di desa Baletbaru, Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Kami sekelompok bekerja sama dengan Bidan Desa, Kader Posyandu dan Pemerintahan Desa untuk menjalankan program kesehatan. Tiga Program yang saya laksanakan bersama kelompok adalah Penanganan Gizi Buruk, Stop BABS dan Pembentukan Paguyuban Tuberculosis. Ketiga masalah itu memang menjadi sorotan di Desa baletbaru. Dan dari ketiga program tersebut, yang paling membuat saya bangga adalah Pembentukan Paguyuban Tuberculosis (TB). Kasus TB di Desa Baletbaru sudah sangat memprihatinkan dan peningkatan tersebut karena kurangnya penanganan dini serta adanya Drop Out penderita akibat tidak teratur meminum obat. Maka Paguyuban TB Inilah yang menjadi solusi penanganan TB dan pengurangan angka drop out penderitanya. Paguyuban TB ini saya beri nama AWASI (Atasi Penyakitnya, WASpada penularannya, Ikuti pengobatannya). Paguyuban ini yang kedua di Kabupaten Jember dan menjadi sorotan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dan Jawa Timur. Hingga hari ini, sudah sekitar 3 tahun setelah dibentuk, paguyuban ini masih tetap berjalan dengan baik. Dan kasus TB di Desa baletbaru sudah menurun secara siginifikan.
Selain secara akademik, sisi non akademik juga memfasilitasi saya dalam kesehatan masyarakat. Saya aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa FKM Universitas Jember sebagai Presiden. Dari sanalah saya bisa menyalurkan idealisme saya. Saya menggerakkan BEM untuk melakukan aksi nyata berupa penggalangan dana untuk bencana yang terjadi, turun ke jalan untuk mengkampanyekan hari-hari besar kesehatan, aksi advokasi kepada pemerintahan tentang kawasan tanpa rokok, kegiatan donor darah serta kegiatan lainnya. Saya juga aktif di Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia. Di sana saya ikut berkontribusi dalam mengadvokasi pemerintahan pusat salah satunya Petisi tentang Kriteria Calon Menteri kesehatan dan Demo Untuk Menuntut Tidak Disahkannya RUU Tembakau.
Saat inipun saat saya bekerja, saya masih dapat sedikit kontribusi di bidang kesehatan karena lembaga tempat saya bekerja adalah INGO yang berkonsentrasi pada anak dengan beberapa program yang masih berbau kesehatan di Kabupaten Rembang. Program tersebut adalah Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Program Air Bersih dan Sanitasi. Dari sana saya bisa memberikan bantuan secara langsung, baik berupa materi dan fisik, maupun bantuan kapasitasi dan pemberdayaan bagi masyarakat. Saya merasakan hal yang luar biasa saat bisa membantu mereka, dan bekerja bersama-sama dengan pihak pemerintah Kabupaten Rembang, untuk bisa meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya di Rembang.
Kesemuanya tadi masih belum bisa menunjukkan bahwa saya telah memberikan kontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk itu saya ingin lebih memberikan banyak kontribusi lagi dan memiliki peran yang lebih besar bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan menjadi dosen. Dengan ilmu yang saya dapatkan di perkuliahan S2 untuk menjadi dosen, dikombinasi dengan pengalaman saya terjun langsung di masyarakat, baik saat kuliah dan menjadi aktifis, maupun saat bekerja selama dua tahun ini di INGO, saya yakin saya mampu untuk memberikan yang terbaik dari diri saya untuk kesehatan masyarakat, minimal di lingkungan sekitar saya, bahkan di Indonesia.

1 komentar:

  1. "Berakit-rakit ke hulu. Berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu. Bersenang-senang kemudian." Semoga impian Mas Tomy terwujud. Tetap gigih dan sabar meniti langkah meraih mimpi.

    BalasHapus