Sejak kecil,
saat ditanya oleh orang-orang tentang cita-cita, selalu saya jawab dengan
lantang dan mantab, DOKTER! Entah cita-cita itu didasarkan karena profesi itu
sangat keren bagi saya waktu itu atau saya benar-benar ingin membantu orang
lain yang sedang sakit. Alasan sederhana untuk seorang anak kecil yang masih
lugu. Cita-cita saya tersebut coba saya jaga hingga bangku sekolah. Namun
keinginan itu mulai memudar dan benar-benar hilang saat saya SMA. Saat itu saya
menyadari bahwa menjadi dokter tidak mudah, utamanya dalam hal biaya. Orang tua
saya pun menyatakan ketidakmampuannya jika saya ingin melanjutkan kuliah di
Kedokteran. Akhirnya saya memilih masuk ke Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Pilihan saya
inipun sebenarnya bukan pilihan saya sendiri, tapi pilihan orang tua saya. Saya
sama sekali tidak tahu tentang jurusan ini. Namun dengan niat saya mengikuti
saran orang tua dan saya yakin doa orang tua akan menjadi kunci keberhasilan
saya. Akhirnya saya diterima di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember. Dari situ saya mulai mencintai Kesehatan Masyarakat. Saya sangat
merasakan bagaimana bidang keilmuan ini menyentuh sekali dengan masyarakat dan
dapat memberikan kontribusi konkret bagi masyarakat. Secara akademik, saya
diwajibkan selalu turun ke masyarakat untuk mempu melihat kondisi riil
kesehatan mereka. Mulai dari tugas kuliah biasa, pembuatan makalah kelompok
hingga tugas Pengalaman Belajar Lapangan yang sangat bersentuhan dengan
masyarakat. Yang paling terasa adalah Pengalaman Belajar Lapangan, dimana saya
diharuskan berada di sebuah desa yang terpilih bersama sebuah kelompok untuk
menjalankan beberapa program dan mengaplikasikan keilmuan saya disana.
Dari PBL ini
saya bisa sedikit memberikan kontribusi kepada masyarakat di desa Baletbaru,
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Kami sekelompok bekerja sama dengan Bidan
Desa, Kader Posyandu dan Pemerintahan Desa untuk menjalankan program kesehatan.
Tiga Program yang saya laksanakan bersama kelompok adalah Penanganan Gizi
Buruk, Stop BABS dan Pembentukan Paguyuban Tuberculosis. Ketiga masalah itu
memang menjadi sorotan di Desa baletbaru. Dan dari ketiga program tersebut,
yang paling membuat saya bangga adalah Pembentukan Paguyuban Tuberculosis (TB).
Kasus TB di Desa Baletbaru sudah sangat memprihatinkan dan peningkatan tersebut
karena kurangnya penanganan dini serta adanya Drop Out penderita akibat tidak
teratur meminum obat. Maka Paguyuban TB Inilah yang menjadi solusi penanganan
TB dan pengurangan angka drop out penderitanya. Paguyuban TB ini saya beri nama
AWASI (Atasi Penyakitnya, WASpada penularannya, Ikuti pengobatannya). Paguyuban
ini yang kedua di Kabupaten Jember dan menjadi sorotan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember dan Jawa Timur. Hingga hari ini, sudah sekitar 3 tahun setelah
dibentuk, paguyuban ini masih tetap berjalan dengan baik. Dan kasus TB di Desa
baletbaru sudah menurun secara siginifikan.
Selain secara
akademik, sisi non akademik juga memfasilitasi saya dalam kesehatan masyarakat.
Saya aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa FKM Universitas Jember sebagai
Presiden. Dari sanalah saya bisa menyalurkan idealisme saya. Saya menggerakkan
BEM untuk melakukan aksi nyata berupa penggalangan dana untuk bencana yang
terjadi, turun ke jalan untuk mengkampanyekan hari-hari besar kesehatan, aksi
advokasi kepada pemerintahan tentang kawasan tanpa rokok, kegiatan donor darah serta
kegiatan lainnya. Saya juga aktif di Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Indonesia. Di sana saya ikut berkontribusi dalam mengadvokasi
pemerintahan pusat salah satunya Petisi tentang Kriteria Calon Menteri
kesehatan dan Demo Untuk Menuntut Tidak Disahkannya RUU Tembakau.
Saat inipun saat
saya bekerja, saya masih dapat sedikit kontribusi di bidang kesehatan karena
lembaga tempat saya bekerja adalah INGO yang berkonsentrasi pada anak dengan
beberapa program yang masih berbau kesehatan di Kabupaten Rembang. Program
tersebut adalah Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Program Air Bersih dan
Sanitasi. Dari sana saya bisa memberikan bantuan secara langsung, baik berupa
materi dan fisik, maupun bantuan kapasitasi dan pemberdayaan bagi masyarakat. Saya
merasakan hal yang luar biasa saat bisa membantu mereka, dan bekerja
bersama-sama dengan pihak pemerintah Kabupaten Rembang, untuk bisa meningkatkan
kesehatan masyarakat, khususnya di Rembang.
Kesemuanya tadi
masih belum bisa menunjukkan bahwa saya telah memberikan kontribusi nyata bagi
kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk itu saya ingin lebih memberikan banyak
kontribusi lagi dan memiliki peran yang lebih besar bagi kesehatan masyarakat
Indonesia. Salah satunya dengan menjadi dosen. Dengan ilmu yang saya dapatkan
di perkuliahan S2 untuk menjadi dosen, dikombinasi dengan pengalaman saya
terjun langsung di masyarakat, baik saat kuliah dan menjadi aktifis, maupun
saat bekerja selama dua tahun ini di INGO, saya yakin saya mampu untuk
memberikan yang terbaik dari diri saya untuk kesehatan masyarakat, minimal di
lingkungan sekitar saya, bahkan di Indonesia.
"Berakit-rakit ke hulu. Berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu. Bersenang-senang kemudian." Semoga impian Mas Tomy terwujud. Tetap gigih dan sabar meniti langkah meraih mimpi.
BalasHapus