Orang Pinggiran. Acara di salah satu stasiun televisi swasta yang
menyajikan kisah yang selalu menyentuh hati para pemirsa. Bahkan tak
jarang membuat kita menitikkan air mata melihat begitu mirisnya
kehidupan yang mereka jalani. Dan sekarang saat disini, saya merasa
melihat secara live show acara tersebut. Saya banyak menghadapi
orang-orang yang bahkan lebih miris dari yang ditayangkan di televisi.
salah satunya adalah apa yang saya lihat hari ini.
Saya
teringat beberapa bulan lalu mendapatkan informasi bahwa ada salah satu
anak di desa dampingan saya yang mengalami kecelakaan hingga tidak
sadarkan diri. Pihak sekolah menyarankan untuk mengajukan bantuan
untuknya, karena katanya dia adalah salah satu anak dampingan (SC).
Namun saat itu saya kurang begitu mendapatkan kejelasan informasi dan
saya masih dalam kesibukan yang menumpuk sehingga belum bisa mengunjungi
secara langsung. Setelah sekian lama, akhirnya saya berhasil berkunjung
ke rumahnya dan bertemu langsung dengannya.
Afia Selfi
Rohmawati, biasa dipanggil Alfia. Terlihat sedang digendong oleh sang
ibu saat saya pertama kali datang di sebuah gubuk kecil yang hanya
berukuran tidak lebih dari 5X5 meter itu. Hal pertama yang saya dapatkan
adalah tawa lugu dari Alfia dan sambutan hangat dari ibunya. Padahal
saya tidak pernah mengenal mereka. Dan saya pun memperkenalkan diri
serta menjelaskan maksud kedatangan saya disana.
"Alhamdulillah
mas. Alfia tasih saget tumut Plan. Niki rejekine Alfia, mas. Rumiyin
Alfia angsal macem2 dugi Plan. Tapi pun dangu mboten angsal."
Perkataan
ibu Alfia seketika menghenyak saya. Betapa bahagianya beliau mengetahui
anaknya saya data lagi untuk menjadi SC di Desa Sendangmulyo.
Sebelumnya Alfia tinggal di Desa Sumurtawang, dan menjadi SC disana.
Sudah 2 tahun sejak Alfia pindah dan sejak itu pula Alfia seolah lepas
menjadi anak dampingan. Dan kebetulan Desa Sumurtawang dan Desa
Sendangmulyo sama-sama dampingan saya, maka saya berhasil merangkulnya
lagi.
Ibu Alfia sangat antusias bercerita kepada saya
tentang kronologi kejadian kecelakaan yang dialami Alfia. Saat itu Alfia
mengajak ibunya untuk mencari kayu bakar di pantai. Padahal kayu bakar
di rumah sudah mencukupi. Namun karena Alfia sudah merengek, ibunya pun
mengiyakan. Dan saat sedang sibuk mencari kayu bakar itulah ibu Alfia
terkejut saat melihat Alfia sudah tergeletak karena tertabrak motor yang
dikendarai oleh tetangga desanya sendiri. Dan berkat pertolongan warga,
Alfia dibawa ke Puskesmas Sluke. Ternyata kecelakaan yang dialami Alfia
ini berdampak panjang. Alfia harus menjalani perawatan di Rumah Sakit
dr. Karyadi Semarang karena mengalami koma. Atas bantuan dari Khamdi,
kader saya di desa yang memperjuangkan pengajuan bantuan hingga ke
tingkat Bupati karena keluarga Alfia tidak memiliki Jamkesmas, Alfia
berhasil mendapatkan pengobatan gratis. Namun permasalahannya bukan dari
biaya pengobatannya, namun dari biaya hidup keluarga yang mendampingi.
Akhirnya, Alfia dibawa pulang karena ketidakmampuan keluarganya.
Hampir
3 bulan Alfia menjalani perawatan di rumah. Dia mengalami kelumpuhan
karena adanya gangguan syaraf tubuhnya. Alfia tidak bisa menggerakkan
anggota tubuhnya, berbicara dan berjalan. Karena keadaannya itu Alfia
tidak dapat bersekolah hingga sampai saat saya mengunjunginya. Dia
adalah siswi kelas 3 di SDN Sendangmulyo 2. Kata gurunya, dia adalah
siswi yang aktif dan cerdas. Dan betapa bahagianya sekarang dia sudah
bisa tertawa, diajak berbicara hingga bercanda dengan saya.
"Kasih ibu kepada beta. Hanya memberi tak harap kembali."Alfia memamerkan kepada saya bahwa dia sudah bisa menyanyi.
"Lho lagunya koq kepotong?" tanya saya sambil bercanda.
"Hehe." jawabnya hanya dengan tawa yang lebar dan lugu.
Saya
terenyuh mendengarnya. Lebih tersentuh lagi saat dia mencoba untuk
berjalan. Kakinya masih belum sempurna dapat dia gerakkan karena tungkai
sebelah kirinya masih agak mati rasa. Dia menggerakkan kakinya langkah
demi langkah. Saya menyemangatinya. Dan di langkah ketiga, dia terjatuh.
Dia menangis. Ibunya pun menggendongnya. Saya sangat terharu melihat
Alfia belajar berjalan dan jatuh. Saya pun ingin meneteskan air mata.
Memang, kata ibunya, sejak dia mengalami kecelakaan Alfia menjadi
seperti anak bayi yang sangat manja. Bahkan saat ibunya akan ke sumur
yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya, karena kebetulan rumah Alfia
tidak memiliki kamar mandi dan WC, Alfia ikut digendong oleh ibunya.
Saat ditinggal sebentar saja, sudah merengek. Saya memahami keadaannya.
Karena memang rasa sakit yang dia rasakan tidak bisa dia ungkapkan.
Hanya dengan rengekan manjanya. Sampai saat ini Alfia masih menjalani
pengobatan secara rutin di Puskesmas untuk memantau perkembangan
keadaannya.
Alfia, hanya salah satu bukti bahwa yang kita
lihat di televisi selama ini bukan rekayasa. Masih banyak keluarga
seperti Alfia yang masih tidak beruntung di sekitar kita. Tulisan saya
ini bukan untuk "menjual" Alfia, tapi sebagai renungan saya maupun
teman-teman semua bahwa kita harus selalu bersyukur dan berbagi dengan
orang lain.
Saya hanya bisa bersyukur dan mencoba memikirkan apa
yang bisa saya berikan untuknya. Baik secara lembaga maupun secara
pribadi. Saya ingin melihat tawa Alfia yang lugu nan polos selalu
terpancar saat dia kembali bisa bersekolah dan beraktifitas seperti dulu
lagi.
Cepat sembuh Alfia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar