Kamis, 27 Februari 2014

Sempurna (Sekuel Kedua Antologi Cerpen Sang Pemburu) Part 1



Joni, salah satu anak dari pasangan pengusaha property dan media cetak ternama di Indonesia, memiliki cita-cita untuk bisa sukses seperti kedua orang tuanya kelak. Serba mewah dan berkecukupan merupakan pandangan yang tidak akan jauh-jauh terlihat dari kehidupan Joni sehari-hari. Duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA) Penabur, Jakarta serta diiringi sejumlah prestasi yang sudah ia raih merupakan hal yang biasa bagi dirinya. Sempat berujar ingin melanjutkan studinya sebagai musisi di Sidney dan ingin menciptakan pasar bisnis di bidang musik setelah kembali ke Indonesia kelak, cita-cita tersebut hampir saja ia bubarkan ketika seorang teman sekolahnya mengejek dia karean semua prestasinya didapat karena kesuksesan orang tua Joni.

“He Jon, lu tu beruntung banget punya bokap nyokap yang kaya dan sukses gitu.” Kata teman sekolah Joni yang bertemu Joni saat akan pulang sekolah.

“Enak aja, gue gini karena usaha gue ndiri. Lah lo udah orang tua dokter tapi otak lo gak lebih dari otak teri.” Sahut Joni yang tidak terima karena merasa dihina oleh temannya sendiri.

“Emang lo pernah ngerasain gimana kerasnya dunia luar kagak? Gue meskipun bodo gini, udah bisa cari duit sendiri men. Bokap nyokap gue terlalu sibuk buat merhatiin anaknya. Sampe-sampe anaknya jadi tukang jual-beli hp, mereka kagak bakal tau.” Sahut kembali si Rendra temen si Joni.

Seakan tersambar kilat, Joni pun hanya bisa diam dan masuk ke dalam mobil jemputannya untuk kembali pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan dia memikirkan apa yang dikatakan oleh Rendra. Sesampainya di rumah, seperti biasa tidak ada orang tuanya yang menyambut kepulangan Joni. Mereka selalu pulang larut malam dan berangkat pagi buta. Saat itu pula Joni merasa bahwa perkataan Rendra ada benarnya. Dia tanpa berpikir panjang dan memutuskan untuk keluar dari rumah dengan membawa gitar kesayangannya yang mungkin nanti akan menemaninya selama perjalanan di luar rumah.

Berbekal baju yang ia pakai dan gitar di tangan, Joni pun mulai berjalan menyusuri kota Jakarta. Ia berjalan dari rumahnya yang berada di wilayah Kemayoran hingga tidak terasa sudah hampir sampai di Blok M. Ia merasa lelah dan uang saku miliknya hanya tinggal 20 ribu di celana pendeknya yang mulai kusam karena berjalan hampir seharian.

“Kalo ini gue pake buat beli makan atau minum sekarang, besok gue bakal makan atau minum apa ya. Tapi ya udahlah daripada kelaperan, mending gue beliin aja. Besok gue bakal mulai petualangan cari duit. Selama ada gitar ini, gue pasti bisa makan.” Gumam Joni dengan nada optimis.

Dia segera mampir di warung makan di pinggir jalan raya. Dia memesan nasi goreng dan segelas es teh. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menghabiskan keduanya. Karena merasa lelah dan sudah kenyang, Joni mulai mengantuk dan bingung akan tidur dimana setelah ini. Apalagi hari sudah mulai larut malam sekitar pukul sebelas malam.

“Gue tidur sini aja ah, toh banyak juga yang tidur sini” Gumam Joni sambil melihat para pengamen dan gelandangan yang tidur di emperan toko.

Sepanjang malam ia merasakan hawa dingin di luar sambil berpikir dan berbicara pada dirinya sendiri, “kira-kira papa mama nyariin gue gak ya? Ah bodo, gue bakal kasih pelajaran ke mereka kalo mereka kudu lebih merhatiin keluarga sambi gue buktiin kalo gue bisa cari duit dengan keringat gue sendiri.”

Keesokan harinya, ia mulai melangkah kembali. Berjalan menyusuri kota Jakarta. “kayaknya gue ngamen aja deh, gue bakal tunjukkin kalo musisi juga bisa ngamen.” Ujar Joni sambil berjalan selangkah demi selangkah.

Dia mulai masuk kopaja dan menyanyikan lagu jazz favoritnya yang biasa ia latih sehari-hari. Mulai lagu dari George Benson, Frank Sinatra, Nat King Cole, hingga Michael Buble pun ia nyanyikan sepanjang ia naik turun kopaja.

“Susah juga cari duit sendiri. Seharian ngamen cuma dapet segini aja.” Gumam Joni dalam hati. Tapi hingga hari kedua ia pergi dari rumah, Joni merasa tidak ada kabar kehilangan dari orang tuanya yang mencarinya. Paman Joni yang seorang Kapolda pasti akan mengerahkan petugasnya untuk mencari Joni jika orang tua Joni tahu kalau dia sudah tidak di rumah dalam dua hari ini.
~Bersambung~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar