Senin, 03 Februari 2014

SPBU (Seberkas Pijar Berkilau Untukku) : Chapter 9

Aku terhentak. Apa tadi Pak Tono bilang? Universitas Al Azhar Kairo? Ini mimpi apa beneran ya?
"Nana bilang kamu nggak bisa kuliah karena biaya. Tapi kamu sangat ingin kuliah. Ini kesempatan kamu, Li." jelas Pak Tono
"Iya Pak. Alhamdulillahi robbil alamin." ucapku penuh syukur.

Ya Allah terimakasih. Kau berikan jalan untukku dengan tangan Pak Tono ini Mungkin jalanku bukan di kampus favorit di tanah air ini seperti teman-temanku yang lain. Bukan UI, ITB, UGM, Undip, Unair dan kampus favorit lain. Tapi lebih dari semua itu, Universitas Islam terbesar di dunia, Al Azhar.

"Tapi ada syaratnya," timpal Pak Tono kemudian yang membuyarkan lamunanku.
"Ih, papa. Koq ada syarat segala sih, Pa." protes Nana.
"Syarat apa pak?" tanyaku penasaran.
"Setelah kuliah, kamu harus tinggal sama aku dan Nana di rumahku. Tapi bukan sebagai orang lain, sebagai menantuku, lho." kata Pak Tono sambil melirik dan tersenyum ke arah Nana.
"Alhamdulillah..."ucapku refleks..
"Eh, eh, emh, i iya,,Insya Allah pak. Tapi apa Nana mau, Pak?" lanjutku grogi.
"Mau, mau, mau!" ucap Nana dengan lugunya.
"Uppss.." ucapnya kemudian dengan wajah memerah.
"Kalau begitu nggak ada masalah kan?" ucap Pak Tono dengan wajah penuh kemenangan.

Aku dan Nana menunduk. Malu, senang, dan banyak lagi yang lain. Kupandang wajahnya, eh dia juga memandangku.

"Kalo gitu aku sama Nana mau cari sarapan dulu, Li. Kamu istirahat saja Li. Biar segera pulih."
"Iya pak."
"Assalamualaikum."
"Wa alaikum salam."

Berat pelupuk mata ini. Akhirnya kupejamkan mata ini untuk mengistirahatkan diriku. Dan..

"Bi, bi, Abi..Bangun bi.."
~Bersambung~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar