Senin, 03 Februari 2014

Teruslah Lahir Salmon-salmon Indonesia!

Salmon. Ikan yang mahal dan mewah untuk disantap. Sebenarnya secara bentuk fisik dan tampilan luar, tak ada bedanya ikan salmon dengan beberapa ikan lainnya. Namun kesenjangan harganya sangatlah jauh. Apakah yang berbeda dari ikan air tawar yang satu ini? Konon katanya, karena saya sendiri belum pernah makan ikan mahal ini, daging ikan salmon sangatlah padat dan berisi. Serat-seratnya juga sangatlah lembut saat disantap. Belum lagi cita-rasanya yang begitu gurih dan lezat. Dan penjelasan ilmiah yang saya ketahui mengapa daging ikan salmon berbeda saya dapatkan dari film keajaiban hewan tentang ikan salmon yang dibuat oleh Harun Yahya. Disana dijelaskan bahwa ikan salmon adalah ikan yang kuat dan tangguh. Kekuatan berenangnya sangat luar biasa dan memiliki bentuk tubuh streamline yang sangat mendukung pergerakannya di air. Dan rahasia terbesarnya adalah ikan salmon adalah ikan pelawan arus. Salmon tinggal di sungai yang beraliran arus deras. Dan uniknya pada saat di tempat asalnya sumber makanan telah habis karena musim, maka ikan salmon akan bermigrasi ke tempat yang lebih hulu. Ya, bukannya mengikuti arus seperti kebanyakan ikan, ikan salmon malah melawan arus bermigrasi dari hilir ke hulu sungai. Padahal sungai-sungai tempat hidup salmon adalah sungai yang berarus deras. Jadilah salmon dinobatkan menjadi ikon bagi sang pelawan arus.

Salah satu istilah salmon ini telah digunakan oleh seorang blogger, penulis dan comic, Raditya Dika, melalui bukunya Manusia Setengah Salmon. Dika menggambarkan dirinya sebagai manusia setengah salmon, yang selalu berusaha untuk Anti Mainstream. Dan seingat saya, istilah salmon ini saya gunakan sejak saya kuliah mulai semester awal dulu. Tapi konteksnya masih sempit, yaitu soal Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Saat itu, trend di kampus adalah seperti ini. Semester satu bagus, semester 2 turun, semester 3 naik, semester 4 turun, dan seterusnya. Tapi IPK saya saat itu sebaliknya, semester 2 naik, semester 3 turun, semester 4 naik, semester 5 turun dan seterusnya. Teman-teman seangkatan saya heran. Dan saya jawab saja sekenanya, "Aku kan salmon, melawan arus rek". Dan ternyata perkataan itu terus melekat hingga saat ini. Saya benar-benar ingin menjadi seperti salmon. Dan keinginan itu kembali mencuat saat tadi malam menyaksikan acara Mata Najwa On Stage di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo yang disiarkan di Metro TV.

Anis Baswedan, Abraham Samad, Ganjar Pranowo, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Lima orang yang sangat inspiratif didatangkan dan duduk bersama untuk berdiskusi di depan ribuan mahasiswa. Dan istilah Salmon-salmon Indonesia muncul di benak saya. Di saat sebagian besar orang bersikap apatis dan pesimis dengan masa depan Indonesia, karena begitu bobroknya oknum pemerintahan, rusaknya moral pemimpin bangsa dan merosotnya harga diri bangsa di mata dunia, muncul mereka yang memberikan sedikit cahaya. Sebenarnya, akhir-akhir ini banyak muncul sosok yang seperti mereka. Ada nama Mahfud MD, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang mampu membawa MK menjadi sepuluh besar lembaga serupa di dunia berdasarkan riset salah satu universitas di USA. Ada Dahlan Iskan, seorang mantan anak desa yang sangat miskin yang sekrang menjelma menjadi Menteri Koboi dengan gaya nyentrik. Ada pula Ridwan Kamil, Walikota Bandung terpilih yang menjadi idola kaum muda karena gaya gaulnya. Ada Ahok, si pendekar anti korupsi yang rela mati demi membela kepentingan orang banyak. Dan beberapa yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Mungkin beberapa dari kita ada yang mengatakan,"Halah, itu kan pencitraan buat maju jadi Presiden di 2014 ini." "Itu kan gara-gara media sering angkat. Dilebih-lebihkan." "Itu kan di depannya saja, di belakangnya juga sama saja." Wajar pertanyaan itu muncul. Karena bisa dibilang memang itu benar adanya. Pencitraan, peran media dan sebagainya itulah kenyataannya. Namun pencitraan seperti inilah yang dibutuhkan untuk bisa membuka mata jutaan warga negara Indonesia bahwa masih ada orang baik yang bisa memimpin negeri ini. Yang penting pencitraan itu apa adanya. Bukan topeng bukan tipuan saja. Sebenarnya masih ada ribuan sosok yang seperti mereka yang mampu memberikan virus-virus optimisme dan inspirasi. Namun belum terekspos oleh media. Jika salmon-salmon Indonesia ini benar-benar mampu melawan arus kemunduran Bangsa Indonesia dan bersama-sama mengajak seluruh rakyat Indonesia mengikuti mereka, optimisme akan datangnya saat dimana Indonesia akan meraih masa keemasaannya akan muncul secara sporadis di jiwa bangsa ini.

Yah, mungkin bahasa saya di atas terlalu tinggi dan berbau politis. Namun itu bukan hal yang tidak mungkin. Dan saya juga sadar siapa diri saya. Memang saya menasbihkan diri saya sendiri sebagai sosok salmon, tapi mungkin belum seperti salmon-salmon yang siap merubah bangsa. Saya hanya salmon muda yang merangkak untuk mencoba melawan arus di sungai yang kecil ini. Saya belum mampu memberikan keteladanan dan memberikan inspirasi bagi orang banyak. Tapi saya yakin, salmon muda ini kelak akan menjadi salmon dewasa yang mampu melawan arus di sungai yang lebih deras. Sungai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Teruslah lahir Salmon-salmon Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar