Salmon. Ikan yang mahal dan mewah untuk disantap. Sebenarnya secara
bentuk fisik dan tampilan luar, tak ada bedanya ikan salmon dengan
beberapa ikan lainnya. Namun kesenjangan harganya sangatlah jauh. Apakah
yang berbeda dari ikan air tawar yang satu ini? Konon katanya, karena
saya sendiri belum pernah makan ikan mahal ini, daging ikan salmon
sangatlah padat dan berisi. Serat-seratnya juga sangatlah lembut saat
disantap. Belum lagi cita-rasanya yang begitu gurih dan lezat. Dan
penjelasan ilmiah yang saya ketahui mengapa daging ikan salmon berbeda
saya dapatkan dari film keajaiban hewan tentang ikan salmon yang dibuat
oleh Harun Yahya. Disana dijelaskan bahwa ikan salmon adalah ikan yang
kuat dan tangguh. Kekuatan berenangnya sangat luar biasa dan memiliki
bentuk tubuh streamline yang sangat mendukung pergerakannya di air. Dan
rahasia terbesarnya adalah ikan salmon adalah ikan pelawan arus. Salmon
tinggal di sungai yang beraliran arus deras. Dan uniknya pada saat di
tempat asalnya sumber makanan telah habis karena musim, maka ikan salmon
akan bermigrasi ke tempat yang lebih hulu. Ya, bukannya mengikuti arus
seperti kebanyakan ikan, ikan salmon malah melawan arus bermigrasi dari
hilir ke hulu sungai. Padahal sungai-sungai tempat hidup salmon adalah
sungai yang berarus deras. Jadilah salmon dinobatkan menjadi ikon bagi
sang pelawan arus.
Salah satu istilah salmon ini telah
digunakan oleh seorang blogger, penulis dan comic, Raditya Dika, melalui
bukunya Manusia Setengah Salmon. Dika menggambarkan dirinya sebagai
manusia setengah salmon, yang selalu berusaha untuk Anti Mainstream. Dan
seingat saya, istilah salmon ini saya gunakan sejak saya kuliah mulai
semester awal dulu. Tapi konteksnya masih sempit, yaitu soal Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK). Saat itu, trend di kampus adalah seperti ini.
Semester satu bagus, semester 2 turun, semester 3 naik, semester 4
turun, dan seterusnya. Tapi IPK saya saat itu sebaliknya, semester 2
naik, semester 3 turun, semester 4 naik, semester 5 turun dan
seterusnya. Teman-teman seangkatan saya heran. Dan saya jawab saja
sekenanya, "Aku kan salmon, melawan arus rek". Dan ternyata perkataan
itu terus melekat hingga saat ini. Saya benar-benar ingin menjadi
seperti salmon. Dan keinginan itu kembali mencuat saat tadi malam
menyaksikan acara Mata Najwa On Stage di Universitas Negeri Sebelas
Maret Solo yang disiarkan di Metro TV.
Anis Baswedan,
Abraham Samad, Ganjar Pranowo, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Lima orang
yang sangat inspiratif didatangkan dan duduk bersama untuk berdiskusi di
depan ribuan mahasiswa. Dan istilah Salmon-salmon Indonesia muncul di
benak saya. Di saat sebagian besar orang bersikap apatis dan pesimis
dengan masa depan Indonesia, karena begitu bobroknya oknum pemerintahan,
rusaknya moral pemimpin bangsa dan merosotnya harga diri bangsa di mata
dunia, muncul mereka yang memberikan sedikit cahaya. Sebenarnya,
akhir-akhir ini banyak muncul sosok yang seperti mereka. Ada nama Mahfud
MD, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang mampu membawa MK menjadi
sepuluh besar lembaga serupa di dunia berdasarkan riset salah satu
universitas di USA. Ada Dahlan Iskan, seorang mantan anak desa yang
sangat miskin yang sekrang menjelma menjadi Menteri Koboi dengan gaya
nyentrik. Ada pula Ridwan Kamil, Walikota Bandung terpilih yang menjadi
idola kaum muda karena gaya gaulnya. Ada Ahok, si pendekar anti korupsi
yang rela mati demi membela kepentingan orang banyak. Dan beberapa yang
lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Mungkin
beberapa dari kita ada yang mengatakan,"Halah, itu kan pencitraan buat
maju jadi Presiden di 2014 ini." "Itu kan gara-gara media sering angkat.
Dilebih-lebihkan." "Itu kan di depannya saja, di belakangnya juga sama
saja." Wajar pertanyaan itu muncul. Karena bisa dibilang memang itu
benar adanya. Pencitraan, peran media dan sebagainya itulah
kenyataannya. Namun pencitraan seperti inilah yang dibutuhkan untuk bisa
membuka mata jutaan warga negara Indonesia bahwa masih ada orang baik
yang bisa memimpin negeri ini. Yang penting pencitraan itu apa adanya.
Bukan topeng bukan tipuan saja. Sebenarnya masih ada ribuan sosok yang
seperti mereka yang mampu memberikan virus-virus optimisme dan
inspirasi. Namun belum terekspos oleh media. Jika salmon-salmon
Indonesia ini benar-benar mampu melawan arus kemunduran Bangsa Indonesia
dan bersama-sama mengajak seluruh rakyat Indonesia mengikuti mereka,
optimisme akan datangnya saat dimana Indonesia akan meraih masa
keemasaannya akan muncul secara sporadis di jiwa bangsa ini.
Yah,
mungkin bahasa saya di atas terlalu tinggi dan berbau politis. Namun
itu bukan hal yang tidak mungkin. Dan saya juga sadar siapa diri saya.
Memang saya menasbihkan diri saya sendiri sebagai sosok salmon, tapi
mungkin belum seperti salmon-salmon yang siap merubah bangsa. Saya hanya
salmon muda yang merangkak untuk mencoba melawan arus di sungai yang
kecil ini. Saya belum mampu memberikan keteladanan dan memberikan
inspirasi bagi orang banyak. Tapi saya yakin, salmon muda ini kelak akan
menjadi salmon dewasa yang mampu melawan arus di sungai yang lebih
deras. Sungai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Teruslah lahir Salmon-salmon Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar