Senin, 03 Februari 2014

Sepenggal Kisah dari Rembang (Catatan Awal Bekerja)

Bissmillahirrohmanirrohim.
Assalamualaikum Wr. Wb

Sebelumnya terima kasih kepada Pak Andrei yang telah memberikan kesempatan untuk membuat tulisan ini. Nama saya Bastomy Ali Burhan, anak asli Jember dan dari TK hingga kuliah saya tempuh semua di Jember, kuliah di kampus FKM Universitas Jember tercinta. Mungkin baru tujuh bulan saya meninggalkan kampus FKM ini, setelah saya dilepas melalui prosesi yudisium dan wisuda yang begitu sakral. Bisa dibilang belum disebut alumni senior dan belum punya pengalaman berarti yang bisa dibagikan ke semua adik-adik angkatan saya. Saya berharap kisah perjuangan singkat tujuh bulan saya ini bisa menginspirasi untuk selalu bersemangat meraih cita-cita.

Tujuh bulan ini saya merasa sangat berbeda apa yang saya rasakan. Pada saat kuliah terbiasa untuk memiliki aktifitas padat, namun setelah lulus, dan mendapat predikat baru sebagai “unemployment” yang diperhalus menjadi “job seeker”, menjadi tidak memiliki kesibukan sama sekali. Tentu sangat membosankan. Sebenarnya saya memiliki keinginan untuk langsung melanjutkan studi S2 dan awalnya saya yakin akan mendapat beasiswa,  karena untuk melanjutkan studi dengan biaya sendiri sangatlah tidak mungkin melihat kondisi orang tua saya. Saya melewatkan dua tes penerimaan CPNS, dari Kementerian Kesehatan dan Badan Narkotika Nasional, demi mendapatkan beasiswa. Setelah mencari dan terus mencari beasiswa namun tidak ada hasil karena semua sudah ditutup dan akan dibuka kembali di tahun depan, saya pun kecewa. Keinginan untuk bisa membahagiakan orang tua saya yang ingin saya S2 sudah gagal. Tapi saya harus bangkit. Saya memutuskan untuk menganggur dan menunggu beasiswa tersebut. Saya sebenarnya tidak sepenuhnya menganggur, karena saya ikut dua kali dalam penelitian kesehatan, yaitu dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Selain itu saya juga mengajar mengaji di TPQ dekat rumah setiap sore. Tapi itu hanya sementara, bukan pekerjaan tetap. Saya membutuhkan pekerjaan tetap agar tidak lagi menyusahkan orangtua, bahkan bisa membantu mereka. Saat beralih dari scholarship browsing menjadi job browsing dengan senjata andalan laptop dan modem. Saya berjanji pada diri saya sendiri, di ulang tahun saya yang ke-23 nanti saya harus sudah punya kesibukan, entah bekerja atau studi S2.

Kemudian peristiwa yang mengubah semuanya terjadi. Ayah saya jatuh sakit dan harus dirawat masuk ke ICCU di rumah sakit karena penyakit jantung. Selama 2 minggu ayah saya dirawat, saya otomatis menjadi “perawat” utama karena di keluarga saya, hanya saya yang menganggur. Pada saat di rumah sakit dan sedang merawat ayah saya inilah saya mendapat panggilan untuk tes di Rembang. Memang, saya banyak mengirimkan lamaran dan CV, sekedar iseng karena gratis, hanya via email saja. Saya teringat bahwa saya mengirimkan lamaran ke Plan International, sebuah lembaga kemanusiaan asing yang bergerak di bidang pemberdayaan dan perlindungan anak. Saya sempat bingung karena posisi saya ada di rumah sakit, harus membantu ibu saya merawat ayah saya. Tapi ayah saya yang sedang sakit berkata, “Budhalo” (berangkatlah, red). Akhirnya saya berangkat dengan tetap membawa pikiran keadaan ayah saya di rumah sakit. Setelah dari Rembang itu, saya dipanggil untuk psikotes di Jogja dan kemudian menjalani tes kesehatan. Saya pasrah dengan hasilnya. Tapi saat saya teringat besarnya biaya pengobatan saat ayah saya sakit, saya berdoa agar dapat diterima agar bisa membantu meringankan beban orang tua saya itu. Dan berkat doa restu orang tua, saya satu-satunya yang diterima dari beberapa peserta seleksi. Akhirnya per 2013 (tahun yang saya anggap keberuntungan karena angka 13 adalah angka keberuntungan) saya resmi bekerja di Plan International Program Unit Rembang sebagai Community Transformation Agent (CTA).

Awalnya, saya yang tidak pernah keluar jember, harus menghadapi homesick untuk pertama kalinya. Hikmahnya saya mulai belajar mandiri. Ternyata bidang tempat saya bekerja sangat erat dengan bidang keilmuan FKM yang saya pelajari. Saya bertugas di desa, berinteraksi dengan masyarakat, sama seperti saat PBL di FKM. Tapi bedanya PBL berkelompok, saya sendiri untuk 3 desa. Program-program disini juga masih ada hubungannya dengan FKM. Ada kesehatan ibu dan anak, air dan sanitasi serta pengurangan resiko bencana yang minimal pernah saya tahu di FKM.

Memang baru sebulan setengah saya bekerja disini, namun saya mulai merasa disinilah jalan saya (untuk sementara). Mengapa sementara? Karena saya masih menyimpan keinginan kecil untuk melanjutkan studi S2, cita-cita orang tua saya sejak lama. Keinginan tersebut saya jadikan pelecut semangat untuk bekerja dan mengumpulkan biaya agar dapat melanjutkan studi S2 dengan biaya sendiri, namun tetap sambil mencari informasi beasiswa. Saya juga menimba sebanyak-banyaknya pengalaman dan pengetahuan disini, sebagai bekal di masa depan saya nanti. Sekarang saya sangat bersyukur dengan posisi saya, dengan semua keadaan ini karena saya bisa menepati janji saya sebelumnya, yaitu memiliki kesibukan berupa pekerjaan ini saat ulang tahun ke-23 saya besok.

Ada 3 hal yang bisa saya dapatkan dari bekerja di tempat saya, yaitu :
1. Membantu orang tua menafkahi keluarga,
2. Mengamalkan ilmu yang saya punya di masyarakat
3. Memberikan manfaat bagi masyarakat.
Semoga cerita saya yang singkat dan sangat sederhana bisa memberikan hikmah bagi diri saya maupun para pembaca sekalian. Amin yaa Robbal ‘Alamin
Hidup adalah pilihan. Hari ini adalah hasil pilihan kita di hari kemarin. Dan hari esok adalah hasil pilihan kita sekarang. Jadi bijaklah dalam memilih pilihan hidupmu.

Ihdinashshiroothol Mustaqim
Wassalamualaikum Wr. Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar