Senin, 03 Februari 2014

Gus Dur, Bapak Pluralisme yang Tetap Hidup

Rabu, 30 Desember 2009 pukul 18.40 WIB.  Mantan Presiden Indonesia KH. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur ini meninggal karena sakit di RSCM Jakarta. Saat itu Indonesia berduka karena kehilangan salah seorang guru bangsa yang berjasa dalam hal mengangkat pluralisme dan multikulturalisme ini. Ribuan, bahkan ratusan ribu orang turut mengantar Gus Dur ke peristirahatan terakhir beliau di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang.Saat beliau masih ada, masih lekang pada ingatan dari sebagian dari kita bagaimana nyentriknya Gus Dur. Saat semua orang mengecam Inul Daratista, beliau malah mendukungnya. Itu hanya salah satu contoh kenyelenehan Gus Dur. Begitupun dengan saat memimpin Indonesia. Kebijakan beliau yang paling nyeleneh adalah membubarkan Departemen Sosial yang dianggap korup.menurut para Kiai, Gus Dur memang Kiai yang helab, atau nyeleneh.
Gus Dur tidak hanya dielu-elukan oleh kaum Nahdliyin, yaitu warga Nahdlatul Ulama saja.Namun Gus Dur juga menjadi panutan bagi banyak orang dan idola bagi kaum Tionghoa di Indonesia. Yap, kaum Tionghoa merasa sangat berterima kasih kepada Gus Dur karena telah diangkat dan diakui di Indonesia. Hari Raya Imlek menjadi hari libur nasional saat pemerintahan Gus Dur. Hal ini yang membuat Gus Dur dikenal dengan Bapak Pluralisme. Selain itu, Gus Dur adalah tokoh yang sederhana dan egaliter. Beliau tidak membeda-bedakan status sosial seseorang dalam berinteraksi. Dari rakyat jelata hingga pemimpin negara tetangga beliau kenali dengan baik.

Gus Dur memang secara fisik terbatas karena penglihatan beliau menurun dan kesehatan beliau juga tidak baik. Namun dengan keadaannya itu beliau tidak pernah menolak undangan hingga ke kampung-kampung, karena beliau mengatakan bahwa justru pemimpin lah yang harus turun ke lapangan. Selain itu, untuk masalah intelektual, tidak perlu diragukan. Ilmu beliau sangat mendalam di berbagai bidang. beliau menerima gelar Doktor Kehormatan dari sepuluh institusi dunia.

Seperti kata pepatah, “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading”. Sedangkan manusia mati meninggalkan amal baik yang akan dikenang orang lain. Begitu pula dengan Gus Dur. Walaupun beliau telah tiada, namun beliau tetap hidup dan bahkan mampu mensejahterakan orang lain. Betapa tidak, makam beliau tidak pernah sepi dari peziarah dari hari pertama beliau dimakamkan, hingga sekarang. Itu menjadi berkah bagi warga sekitar pondok Tebu Irang. Tukang becak, tukang parkir, tukang ojek, penjual makanan hingga penginapan menjadi tak pernah sepi.Bukti bahwa beliau mampu menghidupi rakyat banyak walaupun telah meninggal dunia.
Hari ini, Kamis 27 September 2012, tepat seribu hari beliau meninggalkan kita semua. 1000 hari ini diperingati secara meriah untuk mengenang kepergian beliau. Meriah disini bukan dalam artian berfoya-foya dan menghamburkan uang. Maksud dari meriah adalah dengan ramainya pengajian dan doa bersama untuk Gus Dur.
Peringatan 1000 hari Gus Dur dipusatkan di Pondok Pesantren tebu Ireng Jombang yang menjadi makam beliau. Serangkaian acara dilakukan, mulai dari istighosah, khotmil Qur’an hingga malam ini puncaknya yaitu ceramah dari sahabat Gus Dur, Prof. Dr. Mochammad KH. Tholhah Hasan. Mantan menteri Agama RI saat Gus Dur Menjadi Presiden.
Peringatan ini tidak hanya dilakukan di Tebu Ireng. Namun juga di seluruh Indonesia. Di Jombang sendiri, peringatan dimeriahkan dengan doa bersama di 1000 Mushola. Selain itu pemerintah Kabupaten Jombang juga menghormati dengan meresmikan Jalan KH, Abdurrahman Wahid, mengganti Jalan Merdeka.
Di mantan kediaman Gus Dur di Ciganjur, dilakukan pula pagelaran wayang kulit yang didalangi Ki Enthus Susmono. Ki Enthus merupakan dalang favorit Gus Dur karena selalu mengangkat nilai Islam saat menampilkan pagelaran wayang. Di beberapa kota di Indonesia juga dilakukan doa bersama untuk Gus Dur. inilah bukti bagaimana beliau tetap hidup di hati masyarakat.
Mungkin kita telah kehilangan Gus Dur. Namun pemikiran, jiwanya serta nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur harus tetap kita jaga untuk dapat meneruskan perjuangan beliau dalam menjunjung tinggi nilai keragaman dan saling menghormati demi kesatuan bangsa Indonesia.
Gus Dur, Engkau Akan Tetap Hidup di Hati dan Jiwa Kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar