Senin, 03 Februari 2014

Resolusi Tahun Baru

Hari ini hari terakhir di tahun 2013. Nanti malam akan menjadi malam yang ditunggu oleh banyak orang, dimana hiruk pikuk dan keramaian akan muncul dimana-mana. Terompet, kembang api dan countdown detik-detik pergantian tahun menjadi hal yang sangat khas di malam pergantian tahun. Jalan-jalan dan pusat kota rasanya tidak muat menampung banyaknya orang-orang yang berkumpul. Semua keluar untuk merayakannya. Banyak pro kontra mengenai perayaan tahun baru. Yang kontra mengatakan bahwa itu hanya foya-foya, menghambur2kan uang, dan membakar kembang api simbol api neraka dan uang yang dibakar sia-sia. Yang pro mengatakan tahun baru adalah sebuah sejarah yang harus diperingati dan menjadi bagian dari perjalanan hidup seseorang.

Saya dimana? Dibilang pro ya pro, dibilang kontra ya kontra. Saya bisa dibilang kontra, karena seumur hidup saya hingga seumur ini, mungkin bisa dihitung jari saya pergi keluar rumah untuk merayakannya. Itupun saat masih kecil Sisanya, saya habiskan di rumah dengan menonton kembang api pergantian tahun dari seluruh dunia. Aman, hujan tidak kehujanan, tidak keluar uang banyak. Beli gorengan dan minum teh bersama keluarga. Itulah tahun baru saya.
Tapi saya juga tidak menolak habis-habisan. Mengapa? Karena malam tahun baru memberikan lapang rejeki bagi banyak orang. Muncul pedagang dadakan, penjual kembang api, penjual makanan dan minuman, penjual terompet. Semua mendapatkan manfaatnya. Kalo perayaan tahun baru tidak ada, maka bisa dibilang menutup rejeki orang lain.

Tapi disini saya tidak membahas lebih jauh mengenai pro-kontra tahun baru. Tapi soal resolusi. Ya, salah satu yang menjadi trend saat tahun baru adalah resolusi yang dibuat oleh sebagian kalangan muda. Sebenarnya apa sih resolusi itu? Mungkin yang lebih umum adalah resolusi sebuah gambar atau kamera digital. Tapi resolusi disini adalah komitmen-komitmen yang ingin diraih pada tahun yang akan dilalui. Tapi seberapa pentingkah resolusi ini? Jujur, saya sendiri juga mempunyai resolusi-resolusi setiap tahunnya. Namun yang saya lihat adalah kebanyakan resolusi menjadi sebuah pajangan di media sosial saja. Apalagi media sosial saat ini semakin menjamur. Satu orang saja bisa menuliskan resolusinya sampai 10 kali, yaitu di tiap media sosial yang ada. Dan ramainya tulisan resolusi tersebut hanya ramai dalam dua hari. akhir tahun dan awal tahun. Besoknya? Akan hilang ditelan waktu.

Mungkin banyak yang tidak setuju dengan pendapat saya. Mungkin banyak yang merasa tidak seperti itu, resolusi bukan pajangan dan mereka tetap mengingatnya di hari ke depan. Ini hanya pendapat saya pribadi. Hanya pertanyaan saya, masih ingatkah dengan resolusi awal tahun kemarin? apakah sudah tercapai? Apakah 365 hari ini sudah cukup untuk mencapai resolusi? Atau butuh perpanjangan waktu lagi? Hanya anda yang bisa menjawab. Jika saya balik diserang, kalo sampean? Inget? Sudah tercapai? Saya akan dengan tegas menjawab,"Ingat dan alhamdulillah sudah bisa tercapai."

Jadi disini saya hanya ingin menghimbau saja bahwa resolusi bukanlah hanya sekedar pajangan di tahun baru saja. Bukan soal tekstual dan secara harfiah saja, tapi juga sebuah janji pada diri sendiri. Satu hal yang sulit adalah berjanji, apalagi kepada diri sendiri. Yang terpenting disini adalah bagaimana usaha kita mewujudkannya. Dan resolus janganlah yang muluk-muluk. Cukup kita bisa lebih baik daripada tahun kemarin. itu saja sudah sangat berat. Karena dalam Islam, ada sebuah hadis yang menyatakan,"Barangsiapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang yang merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka dia termasuk golongan orang yang celaka."


Berhenti membuat resolusi yang seperti para politisi..
Hanya janji-janji. Penuh manipulasi.
Mulailah membuat resolusi,
Yang disertai aksi,
Dan diiringi doa kepada Illahi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar