Hari ini hari terakhir di tahun 2013. Nanti malam akan menjadi malam
yang ditunggu oleh banyak orang, dimana hiruk pikuk dan keramaian akan
muncul dimana-mana. Terompet, kembang api dan countdown detik-detik
pergantian tahun menjadi hal yang sangat khas di malam pergantian tahun.
Jalan-jalan dan pusat kota rasanya tidak muat menampung banyaknya
orang-orang yang berkumpul. Semua keluar untuk merayakannya. Banyak pro
kontra mengenai perayaan tahun baru. Yang kontra mengatakan bahwa itu
hanya foya-foya, menghambur2kan uang, dan membakar kembang api simbol
api neraka dan uang yang dibakar sia-sia. Yang pro mengatakan tahun baru
adalah sebuah sejarah yang harus diperingati dan menjadi bagian dari
perjalanan hidup seseorang.
Saya dimana? Dibilang pro
ya pro, dibilang kontra ya kontra. Saya bisa dibilang kontra, karena
seumur hidup saya hingga seumur ini, mungkin bisa dihitung jari saya
pergi keluar rumah untuk merayakannya. Itupun saat masih kecil Sisanya,
saya habiskan di rumah dengan menonton kembang api pergantian tahun dari
seluruh dunia. Aman, hujan tidak kehujanan, tidak keluar uang banyak.
Beli gorengan dan minum teh bersama keluarga. Itulah tahun baru saya.
Tapi
saya juga tidak menolak habis-habisan. Mengapa? Karena malam tahun baru
memberikan lapang rejeki bagi banyak orang. Muncul pedagang dadakan,
penjual kembang api, penjual makanan dan minuman, penjual terompet.
Semua mendapatkan manfaatnya. Kalo perayaan tahun baru tidak ada, maka
bisa dibilang menutup rejeki orang lain.
Tapi disini
saya tidak membahas lebih jauh mengenai pro-kontra tahun baru. Tapi soal
resolusi. Ya, salah satu yang menjadi trend saat tahun baru adalah
resolusi yang dibuat oleh sebagian kalangan muda. Sebenarnya apa sih
resolusi itu? Mungkin yang lebih umum adalah resolusi sebuah gambar atau
kamera digital. Tapi resolusi disini adalah komitmen-komitmen yang
ingin diraih pada tahun yang akan dilalui. Tapi seberapa pentingkah
resolusi ini? Jujur, saya sendiri juga mempunyai resolusi-resolusi
setiap tahunnya. Namun yang saya lihat adalah kebanyakan resolusi
menjadi sebuah pajangan di media sosial saja. Apalagi media sosial saat
ini semakin menjamur. Satu orang saja bisa menuliskan resolusinya sampai
10 kali, yaitu di tiap media sosial yang ada. Dan ramainya tulisan
resolusi tersebut hanya ramai dalam dua hari. akhir tahun dan awal
tahun. Besoknya? Akan hilang ditelan waktu.
Mungkin
banyak yang tidak setuju dengan pendapat saya. Mungkin banyak yang
merasa tidak seperti itu, resolusi bukan pajangan dan mereka tetap
mengingatnya di hari ke depan. Ini hanya pendapat saya pribadi. Hanya
pertanyaan saya, masih ingatkah dengan resolusi awal tahun kemarin?
apakah sudah tercapai? Apakah 365 hari ini sudah cukup untuk mencapai
resolusi? Atau butuh perpanjangan waktu lagi? Hanya anda yang bisa
menjawab. Jika saya balik diserang, kalo sampean? Inget? Sudah tercapai?
Saya akan dengan tegas menjawab,"Ingat dan alhamdulillah sudah bisa
tercapai."
Jadi disini saya hanya ingin menghimbau saja
bahwa resolusi bukanlah hanya sekedar pajangan di tahun baru saja.
Bukan soal tekstual dan secara harfiah saja, tapi juga sebuah janji pada
diri sendiri. Satu hal yang sulit adalah berjanji, apalagi kepada diri
sendiri. Yang terpenting disini adalah bagaimana usaha kita
mewujudkannya. Dan resolus janganlah yang muluk-muluk. Cukup kita bisa
lebih baik daripada tahun kemarin. itu saja sudah sangat berat. Karena
dalam Islam, ada sebuah hadis yang menyatakan,"Barangsiapa hari ini
lebih baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung.
Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang
yang merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk daripada hari
kemarin, maka dia termasuk golongan orang yang celaka."
Berhenti membuat resolusi yang seperti para politisi..
Hanya janji-janji. Penuh manipulasi.
Mulailah membuat resolusi,
Yang disertai aksi,
Dan diiringi doa kepada Illahi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar